Ritual Penyembah Api hingga Ledakan Supernova: Penyebab Panas Terik di Bumi? -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Ritual Penyembah Api hingga Ledakan Supernova: Penyebab Panas Terik di Bumi?

Rusdi Al Irsyad
Kamis, 22 Februari 2024

Matahari masih bersinar terang, di Makroman. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 18.42 WITA. 

Sepekan terakhir, cuaca siang hari di wilayah Kota Samarinda wabil khusus Kelurahan Makroman, demikian panas. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bilang, mereka mencatat rerata suhu antara 32 hingga 36 derajat Celcius. Sebagai manusia biasa, cuaca begini ini cukup menyiksa. Apalagi aktivitas harian banyak dilakukan dalam rumah, yang --sayangnya belum dilengkapi pendingin udara. 



Dua dari 3 kipas angin yang tersedia, tak cukup berhasil mengusir hawa panas dari teriknya matahari. Akhirnya selemah-lemahnya usaha, adalah; sabar. Sayangnya, jam buka matahari beberapa hari terakhir jadi makin panjang. Jika biasanya cahaya dari satu-satunya bintang aktif di Tata Surya itu sudah redup di atas pukul 17.00, maka kini siang makin panjang, karena bahkan hingga pukul 18.40 Sang Surya belum mau sembunyi. 

Gimana tuh, apakah jadwal salat magrib harus dikalibrasi? 



Sebuah laporan yang merujuk keterangan BMKG Samarinda, menyebut bahwa cuaca terik ini disebabkan adanya fenomena El Nino. Dari namanya, seperti seseorang dari wilayah selatan Amerika, atau Spanyol. Nyatanya begitu. Katanya, ini semacam fase hangat yang terjadi di wilayah selatan bumi. Masih katanya lagi, ini terjadi di lautan yang  mau tak mau terbawa angin, hingga sampai di Simpang Lembuswana dan lanjut hingga ke Kecamatan Sambutan. Nah enggak tahu, apa ini juga terjadi di Sungai Kunjang atau Muara Kaman? 



Si El Nino ini membikin anomali cuaca. Tiupan angin siang hari yang biasanya membawa kesejukan, gini hari malah membawa udara panas. Terburuk sampai jadi tornado pertama di Indonesia. Begitu laporan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Harusnya sesuatu yang pertama kali itu adalah prestasi. Tapi yang ini, seharusnya gausah lah, ya. 



Demi menjawab rasa penasaran, aku cari tahu apa ada hal lain yang menyebabkan panas demikian trengginas.

Setelah cukup lama mencari, ketemulah sebuah laporan dari sebuah situs bernama Earth Sky, yang mengkolase hasil fotografi seorang pengamat ruang angkasa asal Amerika Serikat bernama Steven Bellavia. Intinya, dia bercerita bahwa telah terjadi  Supernova, alias ledakan bintang di konstelasi rasi bintang Virgo, tepatnya di galaksi bernama NGC 4216 pada 8 Februari 2024 lalu. 


Galaksi spiral NGC 4216 yang hampir berada di tepi konstelasi Virgo menyala dengan ledakan supernova baru pada 4 Januari 2024. Gambar ini menunjukkan galaksi sebelum supernova pada tahun 2022 dan dengan supernova pada 8 Februari 2024. Gambar melalui Steven Bellavia


Tapi tenang, jarak NGC 4216 ke Bumi adalah  55 juta tahun cahaya. Jadi efeknya ya mungkin kita bisa melihat ada kelipan terang di malam hari, dan kebanyakan dari kita engga notice. Tapi bisa jadi, panas terik akhir-akhir ini juga disebabkan si Supernova yang dinamai SN 2024gy itu. Eh ini cuma asumsiku aja. Hipotesis sederhananya adalah, bintang yang mengalami supernova akan tampak sangat cemerlang dan bahkan kecemerlangannya bisa mencapai satu miliar kali cahaya semula bintang tersebut.


Kalau posisi Bumi kita lebih dekat, maka bisa jadi kehidupan di muka Bumi akan lenyap. Sebabnya, setelah inti bintang yang sudah tua berhenti menghasilkan energi, maka bintang tersebut akan mengalami keruntuhan gravitasi secara tiba-tiba dan meninggalkan sisa supernova, bintang berukuran sedang akan menjadi bintang neutron yang sangat padat, dan jika massa yang tersisa cukup besar, misalnya lebih dari lima kali massa matahari, sehingga gravitasi meruntuhkan inti hingga menjadi lubang hitam, alias black hole


Setelah semuanya, bukan tak mungkin planet di Tata Surya akan tertarik ke dalam lubang hitam itu. 

Artinya, dengan dampak berupa panas dan terik ini rasanya enggak buruk-buruk amat, ketimbang Bumi kita ditelan black hole. 


Walaupun ya, panas begini lumayan menyiksa. Belum lagi, kata BMKG kondisi ini masih akan bertahan hingga Maret. Yang bikin tambah pening, adalah kelakuan umat penyembah Hephaestus. Dalam mitologi Yunani, Hephaestus adalah putra dari Zeus dan Hera. Ia merupakan dewa api dan dewa pemimpin atas semua keterampilan kerja yang dicapai dengan menggunakan api. 


Namanya sering dikaitkan dengan kobaran api dan gunung api. Keterampilannya dibuktikan dengan membuat semua senjata untuk para dewa di Gunung Olympus. Senjata-senjata ini termasuk petir untuk Zeus, trisula untuk Poseidon, dan panah ajaib yang digunakan oleh Apollo dan Artemis.


Pisau yang digunakan Perseus untuk memenggal kepala Medusa dibuat oleh Hephaestus, bersama dengan perisai yang diberikan Athena kepadanya untuk membantu misinya.


Aku engga benar-benar yakin mereka menyembah Hephaestus, soalnya mereka ini kadang kuperhatikan datang dan membuat acara yasinan dan tahlilan. Tapi yang bikin aku semakin yakin mereka nyembah dewa api atau setidak-tidaknya kaum pagan atau kaum majusi adalah, hampir tiap hari entah di siang terik atau malam gelap, mereka ini menyalakan api di depan rumahnya. Yang mengerikan adalah, jarak rumah mereka begitu dekat sama rumahku yang sedang berusaha keras meredakan hawa panas. Kadangkala, membiarkan pintu tetap terbuka lumayan bikin adem, walau ga seadem ubin masjid. 


Di tengah itu semua, MEREKA BAKAR-BAKAR!!!! Kalau aku protes, nanti dianggap engga toleran, engga bisa bermasyarakat berbangsa dan berbudi budaya beradab bersuku berkebangsaan katanya. 


Aku nahan ngamuk sambil berkeyakinan dalam hati, bahwa yang aku lakukan ini adalah bentuk menghormati agama dan kepercayaan orang lain. Aku juga yakin, bahwa mereka sudah pasti bukan penganut 6 agama resmi dan penghayat kepercayaan yang diakui negara. Mereka mungkin saja adalah penganut Zoroastrianisme. Sebuah keyakinan yang dalam kurun waktu ratusan tahun, disalahpahami sebagai Kaum Majusi. 


Mereka katanya engga menyembah api, walaupun dalam banyak ritual mereka menyalakan api. Api dianggap sebagai medium agen kesucian dan simbol kebenaran. Bayangkan, kalau aku tiba-tiba protes CUMA gara-gara merasa kepanasan akibat api yang mereka bikin di tengah siang hari yang terik. Aku pastilah menjadi golongan orang-orang yang tidak toleran. 

Padahal Tuhan sudah dengan jelas menyuruh. Lakum diinukum waliyaddin. لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ (QS Al Kafirun ayat 6). 



Rusdianto 

Samarinda, Kamis 22 Februari 2024.