Dipaaa & Leni Ibrahim: Merayakan Kota yang Tak Dianggap -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Dipaaa & Leni Ibrahim: Merayakan Kota yang Tak Dianggap

Rusdi Al Irsyad
Rabu, 09 Juli 2025

Cover Lagu So What if its not Jakarta

So What If It’s Not Jakarta bukan sekadar judul track, tapi juga pernyataan sikap.

Sebuah kalimat yang bisa terdengar sinis, tapi dalam tangan Dipaaa dan Leni Ibrahim, berubah menjadi pelukan untuk kota yang kerap disepelekan: Semarang.


Dirilis 7 Juli 2025, lagu ini terasa seperti surat cinta, namun dengan nada protes yang lembut. Beat-nya digerakkan oleh napas kota yang berpendar dalam warna-warna neon—elektro-pop yang tak sekadar meniru, tapi memberi bentuk baru yang terasa akrab sekaligus segar.


Leni Ibrahim menyanyikan liriknya dengan gaya dreamy yang tak mengawang. Justru dengan kelembutannya, ia menyusup masuk ke telinga, mengendap di kepala, dan lama-lama membuat kita bertanya: kenapa harus Jakarta terus?


Dipaaa, musisi elektronik independen yang selama ini tekun mengolah suara dari bilik Kamardiparecords, menyebut project ini “iseng banget”. Tapi hasilnya jauh dari iseng. Lagu ini diproduksi dengan pengaruh White Chorus—unit elektro asal Jakarta yang terkenal dengan sound synth bertumpuk dan nuansa nostalgia. Tapi jangan salah: ini bukan Jakarta-jakarta-an. Ini Semarang. Ini suara kota yang sibuk tapi santai, ramai tapi enggan pamer.


Lagu ini seperti jalan-jalan malam di sekitar Simpang Lima, atau sore hari di tepi kota lama. Rasanya bukan ingin menyaingi Jakarta, tapi bilang: kami juga ada. Kami juga bisa.


Dengan durasi singkat dan hook yang mudah menempel, So What If It’s Not Jakarta akan gampang masuk ke playlist siapa pun yang sedang jenuh dengan suara-suara ibukota.


Dan ya, ini bisa jadi anthem baru bagi siapa pun yang berasal dari kota “bukan pusat”. Sebuah pengingat bahwa kreativitas bukan milik segelintir titik di peta. Bahwa Indonesia lebih luas dari perbincangan di kafe Senopati atau gig di M Bloc.