Runtuhnya Kerja Keras Kenalkan Bahasa IKN Baru, Gara-gara Mendung Tanpo Udan -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Runtuhnya Kerja Keras Kenalkan Bahasa IKN Baru, Gara-gara Mendung Tanpo Udan

Rusdi Al Irsyad
Sabtu, 11 September 2021

Dok Liputan6.com

Kalimantana.id, Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan, adalah setitik kebahagiaan bagi rakyat Kalimantan Timur. Selain mimpi-mimpi melesatnya pembangunan infrastruktur futuristik yang bisa jadi lokasi jalan-jalan (kalau enggak dilarang), ekspos terhadap budaya dan bahasa Kalimantan adalah satu dari sedikit kebahagiaan rakyat Pulau Borneo.


Hal ini bisa terlihat, dari respons publik terhadap konten video yang dibuat Ardit Erwandha. Komika asal Kota Samarinda, yang membikin video singkat di fitur reels instagram, berisi celoteh dalam bahasa Banjar dengan slang Samarinda, dipadukan bahasa pergaulan khas muda-mudi di Jakarta, sebagai IKN Republik Indonesia saat ini.


Kamu juga pasti sudah bisa menebak. Respons paling banyak datang ya dari warganet asal Kota Samarinda. Walaupun yang ditampilkan Ardit adalah komedi, tapi rasa kebanggaan dibawanya budaya bahasa itu ke tingkat yang lebih luas, tetap terasa. Ya, itu juga yang saya rasakan.


Kerja-kerja ini, sebenarnya bukan pekerjaan ringan nan sepele. Karena hampir sepanjang era kemerdekaan Indonesia, warga di luar Jakarta secara tidak langsung dipaksa terpapar budaya tutur elu gue yang menyebar ke se antero Nusantara. 


Maka, momentum pemindahan IKN ke Kalimantan Timur, ditangkap dengan baik oleh Ardit yang juga asli Samarinda untuk mulai memperkenalkan budaya tutur yang walaupun bukan asli Kalimantan Timur banget, tapi rasa Kalimantannya kuat. 


Bagi yang belum tahu, bahasa sehari-hari sebagian besar masyarakat Kota Samarinda adalah bahasa Banjar. Yang ia sendiri datang dari bagian selatan Pulau Borneo. Jadi bukan bahasa asli Samarinda dong ? iya bukan. Tapi, pelafalan, aksen, dan beberapa kata sudah bertranformasi secara spesifik sehingga punya perbedaan yang cukup signifikan, antara bahasa Banjar di Kalimantan Selatan dan bahasa Banjar, umum digunakan di Kota Samarinda dan sekitarnya.


Apakah upaya Ardit berhasil ? Saya tidak ingin bilang tidak tentunya, tapi sayangnya saya juga tidak punya alat ukur yang jelas untuk melihat seberapa jauh dampak dari video itu. Walaupun begitu, saya cuma mau bilang kalau yang dilakukan Ardit patut diapresiasi khususnya oleh masyarakat Kalimantan Timur. 


Yang dilakukan Ardit barangkali memang baru tahap awal dari pengenalan. Ibarat dalam masa PDKT, yang dilakukan Ardit adalah baru mengirim pesan 'hi'. Belum tentu berbalas, belum tentu berlanjut. Tapi buat kalian yang jarang-jarang atau bahkan tidak pernah mencoba, upaya itu juga sudah sangat berat bukan ?


Probabilitas keberhasilannya juga bisa dibilang sangat kecil. Ditambah lagi, ada pesaing baru. Eh tidak baru-baru amat sebenarnya. Selain slang khas Jakarte, bahasa dan materi-materi berbahasa Jawa adalah satu yang paling banyak dikonsumsi secara masif di Indonesia. Lagu mendung tanpo udan misalnya. Seperti kebanyakan produk viral lainnya, lagu ini lekas sekali lekat di telinga, dan diputar di mana-mana.


Kemarin sore misalnya, saya tak sengaja berhenti di lampu merah, di mana tepat di kanan jalan ada sebuah rumah makan yang juga memutar lagu itu dengan sound system yang khas. Tak ada yang aneh pikir saya, lha wong memang lagu ini lagi hits kan. Sampai saya memastikan sumber suara, ternyata datang dari rumah makan dengan plang besar bertuliskan Ayam Goreng Banjar. 


Lho he ? 


Khawatir saya disebut primordialis, saya mau tegaskan kalau memang tidak ada yang salah dengan orang Banjar Samarinda yang memutar lagu berbahasa Jawa. Tidak samasekali. Tapi, saya cuma ingin bilang kalau ternyata, upaya menasionalisasi produk bahasa dari luar Jakarta dan Jawa, nampaknya tidaklah mudah. Kira-kira kenapa ?