Ketika Goenawan Mohamad Sudah Nulis Tentang Alien -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Ketika Goenawan Mohamad Sudah Nulis Tentang Alien

Rusdi Al Irsyad
Rabu, 01 Juni 2022



Sedari remaja, aku amat menggemari segala rupa tentang makhluk ekstraterestrial. Kenapa  aku pilih kata itu ketimbang alien, adalah karena katanya, menurut Demi Lovato yang penyanyi jebolan Disney itu, kata 'alien' lebih mudah menyakiti perasaan. Utamanya untuk mereka para imigran, yang di Barat, kerap kali dilabeli pakai kata 'alien', gegara masuk ke batas negara tanpa dokumen lengkap. 


Tapi, aku juga sadar, bahwa kata; mahkluk ekstraterestrial akan menyulitkanku. Karenanya, biar saja di sini aku sebut alien, bukankah itu lebih efisien? Sepurane, Mbak Demi. 


Sangking demennya menyerap informasi apapun yang bertautan dengan alien, pesawat luar angkasa, hingga kehidupan di luar planet Bumi, aku selalu sregep, cag ceg, dan betah berlama-lama di laman-laman internet yang ngebahas hal bertema itu. 


Blog, YouTube, situs resmi, sampai unggahan-unggahan di forum-forum media sosial, aku ikuti dengan seksama. Aku kurang peduli mengenai benar-salah, atau valid tidaknya informasi-informasi yang ada internet itu. Yang terpenting, hasrat dan kegandrungan kepada alien terpenuhi. Setelah itu, baru aku akan menikmati perkelahian antara logika dan keyakinan kepada keberadaan 'teman' di luar Bumi itu secara perlahan. Persis seperti menggaruk koreng yang hampir sembuh. Gatal-gatal sedap. 


Pada gilirannya, pisau-pisau analisis yang aku punya, sering tumpul dan enggak sepenuhnya berhasil mengupas fenomena itu secara objektif. Bagaimana bisa?


Jawabannya, ya karena ini memang semenarik itu. Barangkali, seperti kau yang penikmat konten horor, terus saja mencari cerita baru. 


Hal menarik berikutnya, kutemukan ketika Pak Goenawan Mohamad, begawan dunia jurnalistik cum sastrawan menulis tentang alien. Ini seperti menonton konser gratis, di mana ada Dream Theater memainkan lagu Bohemian Rhapsody. Bonus, kau berdiri di bagian depan panggung. 


Pak Goen ini, ibaratnya televisi. Ya, mungkin memang tidak terlalu tepat. Tapi kan ini menurutku saja. Selayaknya televisi, Pak Goen mengangkat sesuatu yang sedianya sudah ramai sekali dibincangkan di sudut-sudut grup Facebook atau forum maya yang sepi. Kanal-kanal YouTube dengan niche khusus, yang mungkin kau tak pernah mendengar namanya. 


Pada perbandingan sederhana. Ini, menyerupai fenomena naiknya Payung Teduh ke audience yang lebih luas. Pendengar baru, merasa seakan ini adalah hits pertama yang digubas Is. Tapi bagi bagi pendengar lamanya, Payung Teduh bukan nama baru. 


Seperti Pak Goen, ketika menceritakan Carl Sagan, hingga mengutip memoar dalam bukunya. Tidak, aku tidak sedang bilang bahwa ini adalah kisah usang.

 Meskipun, Sagan dan semua jasanya di dunia astronomi sangat banyak memantik kehausan orang-orang seperti aku, untuk terus mencari hal-hal tentang dunia eksoplanet. Tapi, Sagan dan ceritanya, bukan hal baru. Tapi Pak GM juga menempelkan banyak perspektif baru. Aku bicara tentang kalimat 'sintaksis' yang sangat menyengat walau hanya berisi kurang dari 50 kata. 


"Jika dalam sejarah, yang ganjil biasa diterangkan dengan gampang oleh agama-agama. Sekarang manusia tak puas dengan wahyu," 


Ini memang sangat Goenawan Mohamad. Seperti biasa, ia membawa sesuatu yang subliminal tapi sangat kentara di saat bersamaan. Sampai pula aku pada satu kemeriahan di dalam hati, ketika pada paragraf yang tak begitu jauh, Pak GM juga mensitasi HG Wells, yang pada tulisan sebelumnya. Aku bilang, bahwa kita umat manusia, punya hutang yang teramat besar kepada Wells. 


Tentu saja. Setelah ini, dunia pengembaraan kabar tentang kedatangan Kabilah-kabilah dari planet luar, akan semakin menyenangkan. 


Walaupun aku sadar, bahwa dalam kata Alien ada 'lie' di dalamnya. 




Rusdi 

Samarinda 1 Juni 2022