Meja-meja yang Tak Lagi Ramai -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Meja-meja yang Tak Lagi Ramai

Kamis, 02 Desember 2021


Memasuki usia 20 tahun, saya menolak keras argument orang-orang yang berpendapat bahwa semakin tua, maka pertemanan kita menjadi makin sedikit. 

Dari yang awalnya lingkaran besar, dengan berbagai jaringan yang menghubungkan satu sama lain, menjadi lingkaran-lingkaran kecil dengan urgensi yang berbeda-beda. Kala itu saya menolak untuk bersepakat dengan konsep tersebut, karena berfikir bahwa pertemanan akan silih berganti. 

Jumlahnya mungkin bertambah atau menurun, namun tidak akan signfiikan. Ternyata saya salah. Ketika awal-awal masa kuliah, saya memiliki banyak kawan dengan lingkaran-lingkaran besar. 

Banyaknya jumlah lingkaran pertemanan secara sederhana bisa dilihat dari berapa agenda Buka Puasa Bersama yang dijadwalkan setiap bulan Ramadhan. Seperti lingkaran teman SD, SMP, SMA, hingga kuliah. 

Dari jenjang pendidikan, masih terbagi lagi tergantung dengan siapa kamu membangun keakraban. Istilahnya ‘geng’ atau kelompok-kelompok kecil di kelas yang memang cenderung lebih akrab dibandingkan rekan yang lain. 

Belum lagi keaktifan saya di beberapa organisasi selama masa kuliah. Menambah daftar agenda Buka Puasa Bersama karena ada lagi lingkaran pertemana organisasi A hingga Z. 4 tahun berselang, rupanya waktu memang cepat berlalu. 

Seiring dengan kelulusan beberapa kawan, dan kesibukan-kesibukan lain yang harus dijalankan orang dewasa, agenda Buka Puasa Bersama berubah menjadi prioritas kesekian. 

Sebenarnya, saya tidak sepenuhnya salah dengan pendapat yang sudah saya sampaikan pada paragraph awal. Pertemanan silih berganti. Mungkin semasa kuliah, saya dan beberapa kawan tidak akrab karena berbeda ‘geng’. 

Namun ketika masuk masa penyelesaian tugas akhir, ada ruang dan waktu yang mempertemukan, mendekatkan dan membentuk lingkaran pertemanan baru. Pun terjadi hal yang sama saat memasuki dunia kerja. 

Sedangkan ‘geng’ yang berteman sejak awak kuliah dengan saya waktu itu sama-sama sibuk menyelesaikan tugas akhir. Prioritas bergeser menjadi kelulusan. Faktor kebiasaan membuat banyak hal berubah, diperparah ketika masuk masa-masa kerja. Saya pernah punya meja, yang dulu terisi belasan kawan. 

Sejak 2018 atau 2019 personilnya terus berkurang hingga kini tersisa tak lebih dari 5 orang. Entah pekerjaan, pernikahan atau tuntutan pulang ke kampung halaman yang membuat Sebagian dari mereka tak lagi bisa bersenda gurau hingga dini hari. 

Kami kadang berkelakar, tentang nyeri punggung karena sudah tak lagi kuat duduk berlama-lama di kedai kopi. Berkelakar dengan menyebut diri ini sebagai ‘Remaja Jompo”. Padahal yang kami pahami, besok ada sidik jari yang harus ditempel sebelum pukul 07.30, atau ada istri yang disebut-sebut titip makanan sehingga harus pulang lebih awal. 

Mungkin, ternyata memang begitu kehidupan orang dewasa. Sudah waktunya kawan nongkrong berganti pasangan, yang menjadi teman hidup mu kedepannya. Mungkin sampai waktunya tiba, satu-satunya teman yang kita bisa tuntut dan andalkan adalah pasangan kita sendiri. 

Karena itu juga yang dilakukan orang-orang lain yang suka tak suka harus melangkah pelan keluar dari lingkaran. Mereka punya prioritas baru, yang membuat mereka bertanggung jawab atas hal tersebut.

Sangat bersyukur, jika akhirnya lingkaran-lingkaran tersebut mengerucut dengan cara yang baik. Pergeseran prioritas bukan sebuah hal yang buruk bukan?