Ilustrasi Hujan (freepik.com) |
Q.S. An-Naba’: 14 (Diawali Terbentuknya
Awan)
وَأَنْزَلْنَا
مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا
“dan Kami
turunkan dari awan air yang banyak tercurah,”
Siklus cuaca berlangsung pada lapisan
tertentu atmosfer. Atmosfer terdiri atas berbagai lapisan, seperti stratosfer,
troposfer, dan seterusnya. Lapisan tempat berlangsungnya aktivitas cuaca adalah
lapisan terbawah, yaitu troposfer. Karena itu, dalam penerbangan pesawat, orang
berusaha terbang lebih tinggi daripada troposfer agar tidak terpengaruh oleh
gonjang-ganjing cuaca.
Siklus cuaca dimulai ketika sinar
matahari yang merambat diangkasa luar masuk melewati atmosfer. Sinar ini pada
awalnya berbentuk gelombang pendek (microwave). Gelombang ini sebagian
besar diserap oleh bumi dan memanaskannya. Panas dari gelombang pendek
sebenarnya tidak terlampau besar. Namun, karena melewati atmosfer yang lebih
padat dibandingkan ruang hampa, gelombang pendek ini terbiaskan menjadi
gelombang panjang (inframerah). Gelombang inframerah cenderung lebih panas.
Gelombang inframerah sebagian
dipantulkan kembali oleh bumi ke luar angkasa. Seandainya tidak ada atmosfer,
maka di malam hari cuaca bumi akan sangat dingin. Jika semua energi inframerah
dipantulkan keatas, suhu bumi bisa merosot menjadi -18 oC. Tidak
akan ada makhluk yang bisa hidup. Namun, Allah SWT. telah mengatur agar gas-gas
CO2, H2O, dan zat-zat lain di angkasa memantulkan kembali
gelombang inframerah ke bumi. Dengan pemantulan tersebut, suhu bumi bisa dijaga
pada rata-rata 15 oC.
Panasnya gelombang inframerah inilah
yang kemudian menguapkan air dari permukaan bumi hingga bergerak keatas, ke
lapisan troposfer. Molekul uap air yang berada di atmosfer ini mengambil
sebagian panas dari udara. Akibatnya, temperatur dan tekanan atmosfer akan
sedikit turun. Karena penurunan temperatur dan tekanan tersebut, uap air
mengalami kondensasi (mengembun) menjadi awan.
Proses kejadian awan ini ternyata
bersesuaian dengan al-mu’sirati pada Q.S. An-Naba’: 14. Kata tersebut
berakar dari a’sara yang berarti “memeras”. Dalam bahasa meteorologi,
mungkin yang dimaksud adalah “tekanan”. Inti awan bisa berupa uap air, debu,
garam, atau partikel-partikel yang ada di atmosfer. Inti ini menjadi awan
karena adanya perbedaan tekanan. Adapun “memeras” bisa diartikan sebagai proses
pengumpulan partikel-partikel tersebut menjadi bentuk yang lebih “rigid”.
Q.S. At-Tariq: 11 (Termasuk Siklus
Hidrologi)
وَالسَّمَاءِ
ذَاتِ الرَّجْعِ
“Demi langit
yang mengandung hujan”
Jika diterjemahkan secara luas, al-raj’
dalam konteks saat ini dapat bermakna sebagai bagian dari “siklus”. Hujan
hanyalah salah satu bagian dari siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah
proses perputaran air dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi baik secara
fisis maupun kimiawi. Yang menarik, siklus tidak hanya terjadi di langit tetapi
juga di bumi. Bahkan kedua siklus tersebut bukan saja mirip, melainkan juga
berkaitan erat.
Siklus hidrologi bermula dari air
permukaan yang menutupi 70% permukaan bumi, dan 97%nya berada di samudra.
Setiap hari, sekitar 1/3 energi sinar matahari yang
sampai ke bumi dipergunakan untuk menguapkan kira-kira 1000 km3
(satu triliun meter kubik) air samudra, sungai, danau, dan telaga. Uap air lalu
menyebar di lapisan atmosfer untuk mengatur kelembaban dan suhu. Uap air itu
kemudian mengalami kondensasi dan turun ke permukaan bumi berupa hujan atau
salju. Akhirnya, air yang terkumpul di darat mengalir dalam bentuk
sungai-sungai untuk kembali menuju samudra.
Dari penjelasan dua ayat diatas, dapat
kita pahami bahwa hujan justru hadir membawa rahmat Allah. Taukah kalau tidak
ada hujan, kondisi bumi akan sama seperti awal, temperatur tinggi dan tidak
cocok untuk dijadikan tempat tinggal manusia? Taukah kalau tidak ada hujan,
bagaimana caranya air tanah tetap ada sedangkan kita terus memakainya? Taukah
kita kalau tidak ada hujan, bagaimana tumbuhan-tumbuhan bisa ada di bumi? Dan
setelah membaca dan memahami tulisan diatas, benar-benar akan menemukan bahwa
hujan memang rahmat Allah yang patut disyukuri. Musibah yang terjadi itu sebab
perilaku manusia yang kurang perduli dengan lingkungannya, padahal manusia
ialah khalifatullah. Salah satu hal sederhana yang bisa kita lakukan
ketika hujan ialah berdo’a. Rasulullah SAW. mengajarkan do’a ketika sedang
hujan:
اللَّهُمَّ
صَيِّباً ناَفِعاً
“Allahumma
shoyyiban naafi’aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”
Tanpa bertanya, manusia tidak akan bisa
mengungkapkan kebesaran Allah lewat ayat-ayat-Nya. Tanpa meneliti ciptaan-Nya,
manusia tidak akan mampu pula menyelesaikan permasalahan-permasalahannya
sebagai khalifah di muka bumi. Semoga dengan turunnya hujan semakin membuat
kita bersyukur, bukan malah mengeluh. Manfaatkanlah moment tersebut untuk
banyak memohon segala hajat pada Allah Ta’ala menyangkut urusan dunia dan
akhirat. Jangan sia-siakan kesempatan untuk mendoakan kebaikan diri, kerabat,
dan kaum muslimin lainnya.
Referensi:
Tim Tafsir Salman ITB., 2014. Tafsir
Salman ITB. Bandung: Mizan Pustaka
___________________________________________________________________________________
Penulis : Taufik Hidayat (Mahasiswa, Cirebon, Jawa Barat)
_______________________________________