Kapital Kalah Terus di Wacken Metal Battle, Settingan? -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Kapital Kalah Terus di Wacken Metal Battle, Settingan?

Rusdi Al Irsyad
Jumat, 17 Juni 2022

 


Foto : Instagram @kapital_bandofficial

Sependek yang bisa kuingat. Sudah dua kali, unit metal asal Tenggarong; Kapital ikut dalam Wacken Metal Battle Indonesia. Sebuah kompetisi, di mana pemenangnya akan berkesempatan manggung di festival musik keras terbesar di Jerman Wacken Open Air (WOA). 


Desa Wacken memang seperti punya daya magis, yang mampu mengumpulkan ribuan atau bahkan puluhan ribu Metalhead dari seluruh dunia, untuk beribadah metal bersama. Festival yang sudah dimulai sejak 1990 itu, tentu saja, membikin aku juga barangkali ribuan fans Kapital, selalu bersemangat mendukung Akbar Haka CS, untuk bisa memenangkan kompetisi. 


Tahun 2019, saat pertama kali Kapital ikut kompetisi ini, aku pikir, ini seperti sebuah ejawantah dari kerendahan hati Kapital. 


Bagaimana tidak, raungan album Metalmorphosis bahkan sudah membahana sejak awal 2010. Kawan Peluru Tajam, sudah memenuhi ekosistem metal, di penjuru Nusantara. Ya, Kapital sudah sebesar itu. Lalu apakah kiranya, pertimbangan Akbar Haka, untuk menyeret unit metalcore kebanggaan Bumi Etam, pada kompetisi semacam itu? 


Tapi barangkali. Mereka memang punya mimpi yang besar. Memperdengarkan petikan Sape di lagu Mutu Manikam ke pendengar yang lebih luas. Di sana, di tanah Eropa. Berangkat dari kesadaran itu, aku walaupun hanya menyaksikan penampilan (mungkin, kalau tidak salah) perdana Backen Nainggolan secara daring, aku mendukung dan optimis sekali, Kapital pasti menang. 


Linimasa Wacken Metal Battle Indonesia, dipenuhi oleh celoteh dari 'bubuhan' Peluru Tajam. Sampai hari ini, penampilan Akbar saat merapal mantra dan membawa atribut Hudoq, bisa jadi adalah gimmick yang mustahil tidak membuat juri merinding. 


Tapi sayang, panitia mengumumkan nama lain, yang diberi tiket ke Jerman. Saat itu jujur saja aku memaki. Terutama saat ingat, Akbar sempat kesulitan menghandle gangguan teknis di panggung. Tapi, kami orang Kalimantan. Selalu sportif, dan memasang wajah riang, bahkan memberi selamat kepada pemenang. Toh, mereka juga representasi Indonesia. 


Kekecewaan nyatanya bisa diobati oleh waktu. Tiga tahun berlalu. 2022, Kapital kembali dapat kesempatan berlomba. Aku tak banyak meletakkan ekspektasi. Tapi, keyakinan Kapital menang kali ini, juga sama besar. Apalagi Akbar CS barusaja merilis logo baru. Dan benar saja, linimasa Wacken Metal Battle Indonesia, dipenuhi jejak dan celoteh kawan Peluru Tajam. 


Dialek-dialek dari belantara Borneo, menjejali kolom-kolom komentar. Dan nyatanya, sekali lagi kami harus kecewa. Kapital gagal lagi. Bahasa yang sama, disampaikan Akbar Haka. Siapapun pemenang, mereka tetaplah perwakilan Indonesia, di ibadah raya jamaah metal dunia. 


Tapi sebagai orang sendiri, aku mana bisa tidak kecewa. Asumsi membawaku pada kesimpulan-kesimpulan absurd, yang mungkin bisa saja benar. 



Aku ingat saat mengobrol dengan Bang Nala Arung. Pelaku vokal, dari The Pantjaran Nafsoe, yang saat Wacken Metal Battle Indonesia 2019, adalah Manager Kapital. Dia bilang. Kapital adalah band besar, yang tidak merasa besar. Ini bisa jadi kelemahan, sekaligus kekurangan di saat bersamaan. 


Teori yang aku pahami, bahwa keikutsertaan Kapital di Wacken Metal Battle Indonesia sebenarnya cuma settingan. Tanpa bermaksud mendiskreditkan panitia tentunya. Aku sangat mengagumi nama-nama yang berderet di jajaran juri. Tapi ini asumsiku saja, bisa saja salah, bisa salah banget. 


Nama besar Kapital, tentu akan menyedot perhatian. Massa seperti aku, kamu dan kawan Peluru Tajam seluruh dunia akan ramai-ramai menyerbu. Ini tentu jadi kabar baik, untuk kelangsungan suatu acara. Maka bisa saja, keikutsertaan Kapital memang bukan untuk menang. Tapi untuk membuat acara berhasil. Dan aku rasa, kapan Kapital gagal? 


Ingat cerita Denden yang ikut The Voice Bulgaria? Ya dia cuma ikut untuk meramaikan. Karena namanya memang sudah ramai. Bukan untuk menang. 


Juga kisah Cynantia Pratita, juru vokal unit indie Stereowall yang ikut Indonesian Idol. Ya, dia datang sebagai cameo. Dia memang didesain untuk kalah. 


Hal-hil semacam ini, memang mungkin sudah lazim, di industri hiburan. Penyelenggara acara juga tidak salah tentunya. Apalagi peserta lainnya. Mereka juga nama-nama besar, metal dan punya kekuatan besarnya sebagai representasi metal Indonesia. 


Dengan asumsi ini, aku pikir Kapital sudah menang dengan caranya sendiri. Panitia senang, Kapital juga senang. Aku saja, dan mungkin kawan Peluru Tajam yang tidak. Maka doaku, akan ada masa di mana, WOA sendiri, yang mengundang langsung Kapital, untuk memimpin putaran  moshpit, di sana. Di Desa Wacken. Amin




Note : Tulisan ini adalah asumsi pribadi, dan tidak dimaksudkan untuk menyudutkan pihak manapun.



Rusdi

Samarinda  17 Juni 2022