Orang Kaltim Sudah Kadung Merasa Jadi Warga Ibu Kota -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Orang Kaltim Sudah Kadung Merasa Jadi Warga Ibu Kota

Rusdi Al Irsyad
Selasa, 20 Oktober 2020



Kalimantana.idPembahasan mengenai pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari DKI Jakarta ke  Kalimantan Timur (Kaltim), kembali ramai dibincangkan. Pernyataan Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, yang bilang pemindahan IKN harus ditunda karena pemerintah tengah fokus menangani Covid-19, jadi sebab tak sedikit orang di daerah yang sering dianggap kaya ini gamang. Para pakar, akademisi sampai bincang warung kopi bertaut membahas setiap sudut rencana mahabesar pemerintah itu. Bagaiamana tidak, sebagian orang di Kaltim kadung merasa jadi warga Ibu Kota.

Rakyat Kaltim, yang tadinya sudah agak lupa dan cenderung abai dengan isu ini, berbalik aktif. Tak terkecuali para kepala daerah, hingga tetua adat. Tentu kita semua mafhum, hal ini karena rakyat Kaltim sudah amat menantikan realisasi mimpi-mimpi boyongan istana berikut pernak-perniknya. Rakyat Kaltim, juga menanti keberpihakan Presiden Joko Widodo kepada Kaltim dalam arti luas.

Dulu, dipilihnya Kaltim, yakni kawasan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar), dianggap sebagian orang sebagai langkah menyiduk dan meraih tangan anak berbakti, yang lama diabaikan orang tuanya.

Jangan tanya saya soal idiom itu. Jangan juga dibanding-bandingkan. Hanya, publik juga sudah tahu, berapa besar kontribusi Kaltim yang nyaris tak pernah menuntut apa pun kepada pemerintah pusat. Ya, maka tak salah jika ada yang bilang, Kaltim ini Si Anak Baik.

Saya sebagai anak Kaltim, yang juga fans Jokowi, cuma mau minta tolong, please, jangan jadikan pemindahan IKN ke Kaltim sebagai dagangan politik. Walaupun memang laku sekali. Tapi, saya juga berharap, pemerintah tetap fokus menyelesaikan upaya menggebuk pagebluk.

Kenapa tiba-tiba ngomong soal dagangan politik. Lah iya, sebagai anak daerah yang  ketemu Mbah Jokowi hanya beberapa kali saja, itu pun cuma dari jauh. Saya cuma bisa mengamati kinerja Pak Presiden dari berita dan media sosial. Salah bener urusan belakangan. Tapi saya punya perspektif sendiri, menilai kerja-kerja beliau.

Mari kita elaborasi. Yang mau saya katakan adalah, saya berharap pemindahan IKN, ke Kaltim atau tidak, jadi atau tidak, asal jangan seperti Mobil Esemka. Lagi-lagi ini hanya berdasarkan analisis ngawur dan perspektif saya pribadi. Walaupun saya bangga, bahwa akhirnya Esemka bisa jadi semacam gerbang pembuka industri otomotif nasional, tapi kita harus akui bahwa keberadaan dan eksistensinya sebagai komoditas politik terbukti laku keras, pada beberapa fase dan momentum politik Jokowi.

Tapi sayangnya, saya tidak tahu apakah memang ada masalah yang pelik. Atau memang untuk membangun sebuah industri otomotif itu sangat berat. Tapi kok saya merasa bahwa ada momentum yang dijaga dalam setiap proses perjalanan Esemka.

Dari mulai digulirkan hinga membawa Jokowi ke Pilgub DKI dan sukses, hingga pabrik Esemka baru diresmikan pada pertengahan 2019. Kalau saya sih yakin, bahwa alasannya adalah murni keribetan proses membangun industri otomotif yang membuat durasi progres Esemka terkesan lambat. Bukan karena memang sedang dijaga momentumnya, supaya bisa meniup nama Jokowi.

Apalagi, berkali-kali Pak Jokowi bilang kalau tugas pemerintah hanya mendorong industrialisasi. Eksekusinya ya tergantung swasta. Kembali ke soal IKN. Saya hanya tidak ingin, wacana maha besar ini dikomersialisasi dalam konteks komoditas politik.

Orang hulu sungai macam saya, cuma tahu kalau IKN sudah benar-benar pindah ke Tanah Borneo. Pembangunannya dimulai 2020. Mundur jadi 2021. Semoga enggak mundur lagi. Dan 2024 sudah jadi istana negara. Urusan tetek bengek yang nanti jadi kendala, saya serahkan kepada pemerintah, kepada Pak Jokowi. Saya percaya. Asal, kendala-kendala itu jangan dijadikan dalih prosesnya semakin lama dan berujung tak kunjung terealisasi. Rakyat Kaltim sudah terlanjur bahagia. Tolong pak, jangan kecewakan kami.

Saya ingat betul, ucapan Gubernur Kaltim Isran Noor saat pertama kali ditanya soal hal ini. Spontan ia menawarkan kawasan Bukit Suharto. Tapi, disaat yang sama ia juga mengingatkan agar sebagai daerah tak perlu terlalu berlebihan berharap, juga jangan berlebihan acuh. "Biasa-biasa aja" sebut mantan Bupati Kutai Timur itu.

Isran tentu sudah menghitung, langkah yang diambilnya. Di saat beberapa daerah yang kala itu muncul sebagai calon lokasi pengganti Jakarta, saling berebut simpati. Isran cenderung pasif. Hal ini juga sempat menjadi sorotan di Kaltim. Namun terbukti, Tuhan justru berpihak pada Kaltim, dengan memberikan alam yang bebas gempa, masyarakat yang harmonis, hingga faktor pendukung lain yang seperti sudah disiapkan sejak lama.

Selain kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dipilihnya Kaltim menurut saya, juga langkah brilian Jokowi sebagai presiden, merangkul Si Anak baik, agar tetap baik. Hanya kita tak pernah tahu, apa intensi sebenarnya dari Pak Jokowi.

Untuk itu, sekali lagi saya meminta kepada Pak Jokowi untuk tetap bekerja dengan hati. Jangan terjebak dengan terus-terusan memproduksi komoditas politik. Saya yakin bapak ikhlas bekerja.

Dan satu lagi permintaan saya. Sediakanlah satu kursi kosong di jajaran kabinet Pak Jokowi, untuk putera/puteri Kaltim. Ini bukan hanya persoalan kebanggaan, tapi juga kebangsaan. Mempercayakan satu saja menteri, untuk orang Kaltim bisa mengobati dahaga puluhan tahun kami, yang sempat berfikir bahwa kami ini anak tiri. Tidak, kami percaya bahwa Kaltim juga lahir dari rahim Ibu Pertiwi. Sebagai seorang yang naif, saya kerap kali berpikir kenapa Kaltim tidak bergerak saja dengan memisahkan diri. Tapi tidak- tidak. NKRI Harga mati.