Isran Noor dan Keberaniannya -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Isran Noor dan Keberaniannya

Rusdi Al Irsyad
Kamis, 23 Februari 2023

Bagi kami, warga Kalimantan Timur (Kaltim). Sosok Isran Noor sudah mafhum dengan segala tindak-tanduknya yang kadang bikin geleng-geleng kepala. Itu mengapa, ketika Sidin (Beliau dalam Bahasa Banjar) bilang bakal mengambil alih pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara jika pemerintah pusat sudah tak mampu, kami enggak kaget-kaget amat. Sebabnya ya, sebelum itu Sidin ini memang terbilang sering bikin pernyataan-pernyataan yang kata Tretan Muslim yang Standup Komedian itu; WHY.


Tapi ya. Walaupun begitu. Yang kali ini, pernyataan gubernur yang oleh sebagian masyarakat Kaltim disapa Kai (Kakek dalam Bahasa Banjar) itu,  bisa dibilang cukup bikin saya pengin ngomong; hilih kint*l. Soalnya, pernyataan yang disampaikan Pak Isran ketika memberi kuliah umum di Universitas Hassanudin Makassar itu, seolah nyata dan sistematis sekali. Terdengar sangat ilmiah tur meyakinkan. Seolah-olah hal itu, mudah banget untuk dilakukan. Padahal ya, kalau melihat apa yang dikerjakan Pak Isran selama hampir 5 tahun masa kerjanya di Kantor Gubernur Kalimantan Timur, terutama di bidang fisik. Rasanya kok, seperti tu gut tu bi tru.


Buat yang belum denger omongan Pak Isran. Kurang lebih, belio ngomong begini; asal diberi kewenangan dan kesempatan. Dia bisa menyelesaikan pembangunan IKN. Soalnya, sumber daya manusia di Kaltim diklaim sudah mampu dan cukup. Selain itu, urusan pembiayaan. Sumber daya alam Kaltim disebut sangat cukup untuk sekadar mendanai keperluan senilai Rp500 triliun biaya yang diperlukan untuk membangun fisik IKN. Kalau melihat sekilas, memang ini terdengar logis banget. Kalau cuma Rp500 triliun. 


Sumber daya alam Kaltim dijadikan jaminan kolateral untuk investor, ya mereka pasti seneng pol. Pasti mau. Yang jadi soal adalah, Isran sendiri sepanjang kepemimpinannya di Kaltim hingga hampir selesai di 2023 ini, belum menyelesaikan satupun pembangunan fisik yang memang dia rancang dan kerjakan. Sebut saja. Tol Balikpapan-Samarinda yang diresmikan oleh Pak Jokowi sebagai Tol pertama di Pulau Kalimantan itu gagasannya Awang Faroek Ishak.


Pendahulunya. Memang sih, diresmikannya waktu masa kepemimpinan Isran Noor.  Bandara APT Pranoto di Kota Samarinda, yang sempat jadi bandara dengan pertumbuhan penumpang tercepat juga sama. Hasil gagasan di era Gubernur Awang Faroek Ishak.  Sejak dilantik 2018 hingga 2023 ini, nyaris tak ada proyek fisik monumental yang dikerjakan selama masa kepemimpinan Isran Noor. Ya boleh dibilang, masih mending gubernur Daerah Konoha Itu (DKI) yang walaupun katanya engga berhasil-berhasil amat, tapi ada lah, kelihatan bikin stadion sepakbola. Ini memang engga bisa jadi tolok ukur bahwa Isran Noor udah pasti engga bisa bikin bangunan fisik.


Tapi, apakah kita benar-benar rela membiarkan IKN yang dibangga-banggakan oleh orang se-Nusantara itu, dikerjakan secara coba-coba? Urusan kesempatan memang gubernur berambut putih ini sepertinya kurang beruntung. Ia berkali-kali nyaris dapat sesuatu yang besar, tapi kesempatan selalu tak berpihak pada dia. Dulu banget. Pak Isran ini pernah ikut konvensi calon presiden, yang dibikin partainya Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namanya sejajar dengan tokoh-tokoh gede seperti; Dahlan Iskan, Mahfud MD. Tapi, kesempatan nyapres dari partai berlambang mercy, tak diraih Isran. Tidak lama setelah itu, Isran diberi kesempatan jadi Pelaksan Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) hingga sempat menjadi ketua umum. Tapi, kesempatan menggunakan PKPI sebagai kendaraan politik tak didapat Isran juga. 


Lalu, ketika Jokowi hendak memilih nama yang akan mengisi posisi Kepala Otorita IKN, nama Isran juga sempat jadi perbincangan. Sayang, lagi-lagi Pak Isran tidak mendapat kesempatan itu. Saya mencoba menyelami perasaan mantan Bupati Kutai Timur, yang pernah bilang bahwa Presiden Jokowi pasti masuk surga, jika memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kaltim itu.


Jangan-jangan ini adalah usaha Pak Isran sekali lagi, untuk mendapatkan kesempatan yang selama ini selalu tidak ia dapatkan. Menyampaikan hal sepenting ini, dalam forum ilmiah di kampus sebesar Universitas Hassanuddin, pasti sudah dipikirkan matang-matang oleh Pak Isran. Teori pemenuhan pembiayaan hingga klaim kecakapan SDM lokal yang disebut Isran juga mustinya engga diucapkan sembarangan.  Apakah ini sudah saatnya, kesempatan itu diberikan kepada Pak Isran? Saya jadi penasaran, apa respons Pak Jokowi ketika mengetahui hal ini. Menurut kalian gimana?