Analisis Salam Metal Kuat Ma'aruf ke Jaksa Penuntut Umum, Tanda Cinta? -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Analisis Salam Metal Kuat Ma'aruf ke Jaksa Penuntut Umum, Tanda Cinta?

Rusdi Al Irsyad
Kamis, 23 Februari 2023

Tidak bisa ditolak, bahwa salah satu program televisi dan produk media beberapa bulan belakangan, yang paling berhasil menarik perhatian publik adalah program apapun yang menampilkan atau mengulas proses sidang kasus Kematian Brigadir Polisi Nofriansyah Yoshua Hutabarat. Nyaris semua produk jadi dari sederet proses panjang persidangan yang biasanya membosankan, dilahap pemirsa televisi, pembaca portal berita daring, hingga tentu saja, warganet. Hal ini menunjukkan setidaknya 2 hal. Masyarakat Indonesia sedemikian rindunya dengan rasa keadilan yang selama ini sumir belaka. Juga, kerinduan penggunaan ruang publik, dalam hal ini media sebagai tempat memperolwh tak hanya hiburan. Tapi juga pemenuhan akan hak-hak dasar rakyat, yaitu keadilan.


Menyaksikan sidang pembacaan vonis kemarin, saya rasa kita semua sepakat bahwa  perhatian kita tidak bisa lepas begitu saja dengan salah satu terdakwa kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat, alias Brigadir J, Kuat Ma'ruf. Ia yang  akhirnya mendapatkan vonis dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada  Selasa 14 Februari 2023. Bertepatan  dengan Hari Valentine, membuat saya  jadi langsung mengira, bahwa gimmick salam metal yang dilakukan Kuat sesaat setelah menerima vonis kurungan selama 15 tahun untuk dirinya itu, merupakan bentuk ungkapan cinta.


Bagaimana tidak, seperti yang bisa kita simak. Salah satu pertimbangan majelis hakim ketika memberi vonis yang hampir dua kali lipat dari tuntutan jaksa, itu karena sikap Kuat yang disebut kurang sopan saat persidangan. Mungkin saja. Eh ini mungkin. Kuat akhirnya sadar, bahwa sikapnya itu langsung dapat ganjaran seketika. Dari 8 tahun menjadi 15 tahun. Lumayan banyak ya naiknya. Makanya, hal itu bikin Kuat ngasih salam metal, sebagai ungkapan cinta.


Tak perlu menunggu lama, aksi Kuat Ma'ruf mengacungkan 3 jari ke Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) itu langsung digarap banyak portal media online. Laporan tentang aksi Kuat itu segera saja memenuhi beranda media sosial. Meskipun, tidak ada yang tahu pasti, apa maksud pria bertubuh gempal itu.

Tapi di sini, izinkan saya menganalisis aksi salam metal Kuat Ma'ruf kepada JPU dari sudut pandang budaya populer. Tentu saja, sebisanya dan sekenanya. Jangan berharap lebih.


 

#Hipotesis

 


Seperti yang sudah saya sebut. Hipotesis saya terkait aksi yang dilakukan Kuat Ma'ruf adalah ungkapan cinta. Mari kita bedah.

 

Sejak awal, kita secara sadar mengasosiasikan apa yang dilakukan Kuat Ma'ruf dengan musik metal. Simbol ini memang kerap dipakai para pecinta musik keras, dalam konser-konser. Walaupun demikian. Pemakaian simbol sejatinya tak melulu dilakukan oleh para pelaku atau pecinta musik saja. Mengutip Jurnal Ilmiah berjudul; "Makna Simbolik Salam Tiga Jari Pada Band Heavy Metal dan Pada Para Penggemarnya di Surabaya" yang ditulis oleh Yulius Bastian, dari  Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya, diketahui bahwa salam metal, yang pada kenyataannya berupa mengacungkan 3 jari yakni jempol, telunjuk dan kelingking bisa punya arti yang berbeda-beda bergantung pada latar belakang budayanya.

Anton LaVey, misalnya. Pendiri Gereja Setan pada dekade 1980-an, menggunakan salam ini sebagai bentuk penghormatan kepada setan.

Sementara di Afrika Selatan, ada satu budaya yang memercayai bahwa simbol 3 jari ini bermakna tanda kemakmuran, lantaran simbol 3 jari kerap dikaitkan dengan hewan ternak. Di budaya China, simbol 3 jari bisa digunakan sebagai cara untuk menyebutkan angka delapan, hanya dengan 1 tangan saja. 

Sementara dalam bahasa isyarat yang biasa digunakan oleh kawan-kawan tuli atau tuna wicara, baik yang berstandar internasional yakni American Sign Language (ASL) maupun Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) simbolisasi kelingking, telunjuk dan jempol merupakan ungkapan untuk kalimat I Love You.

Artinya, salam metal itu dapat diartikan sebagai ungkapan cinta. Ya, ungkapan cinta.

 

 

 

#Kesimpulan

 

 

Dengan berpedoman pada penjelasan yang terakhir. Marilah kita berbaik sangka kepada Kuat Ma'ruf dengan memercayai bahwa yang ia lakukan itu,bukan sebagaimana yang dilakukan Anton LaVey, yang mengacungkan tiga jari demi untuk memuja setan. Apalagi, mengikuti budaya China, yang menyebut angka 8, dengan jempol telunjuk dan kelingking. Apa iya, Kuat Ma'ruf pengin bilang ke JPU, kalau vonisnya harusnya 8 tahun saja? Duh.

Apalagi, jika mengikuti budaya di Afrika Selatan yang menganggap mengacungkan 3 jari salam metal sebagai simbol kemakmuran. Ah rasanya sulit sekali, untuk bisa dipahami jika memang iya. Maka sekali lagi, pada bagian ini saya menyimpulkan bahwa yang dilakukan Kuat Ma'ruf memberi salam metal kepada JPU di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan itu, adalah ungkapan cinta. Cinta yang bagaimana dan seperti apa? Nah itu, yang perlu dikonfirmasi ke orangnya langsung. Mudah-mudahan nanti ada ya, di portal berita online.

 

#Teori Pendukung

 

Saya tahu, bahwa penjelasan ini tidak akan begitu saja diterima. Karenanya, saya menambahkan teori ini sebagai pendukung. Kita sudah sama-sama sepakat, ya. Bahwa yang dilakukan Kuat Ma'ruf adalah ungkapan cinta. Tentu saja, ini akan menjadi saling menguatkan karena kebetulan saja, hari di mana aksi itu dilakukan. Pembacaan vonis dilakukan pada 14 Februari 2023, yang kita tahu semua itu hari apa. Yak, Hari Tanoe eh Hari Valentine. Hari valentine biasa dipahami sebagai hari kasih sayang. Maka tidak salah dong, kalau Kuat Ma'ruf mengungkapkan rasa sayang kepada JPU, yang sudah menuntutnya. Dengan begitu, setidak-tidaknya dia bisa bertanggungjawab atas kontribusi yang dilakukannya dalam kasus pembunuhan yang jadi perhatian warga se-Nusantara ini.

 

Barangkali, itulah mengapa Kuat Ma'ruf merasa perlu melakukan salam metal kepada JPU.

 

Samarinda

17 Februari 2023

Halo, nama saya Rusdianto. Lahir dan besar di Kutai Kartanegara. Sekarang tinggal di Samarinda. Sehari-hari mengabdi sebagai  buruh media.  Waktu senggang dipakai untuk menulis juga. Hasil racauan saya, diterbitkan jadi buku berjudul  Kasak Kusuk Pagebluk. Ya, itu buku pertama saya.