Tuanku ya Rakyat -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Tuanku ya Rakyat

Rusdi Al Irsyad
Sabtu, 12 Februari 2022

...bumi air, kekayaan. terkandung di rahim Pertiwi. ..untuk kemakmuran rakyat. rakyat yang mana? aku tak tahu...

Penggalan lirik itu, ada di lagu berjudul kalau tidak salah 'Gardu Induk'  milik Iwan Fals. Sebuah lagu yang memotret realitas di masyarakat waktu itu. Yang sayangnya, masih saja relevan sampai sekarang. 


Apalagi kalau melihat, geger di Desa Wadas. Pemukiman sederhana yang dihuni para sultan. Kekayaan mereka amat tak terukur. Dan itu bukan emas, emerald, berlian atau sekadar tumpukan uang. Tapi, itu adalah kata ; cukup. Sebuah video dokumenter oleh Watchdoc, memberitahu saya. 


Ibu Ngatinah, warga Desa Wadas. Punya sebidang tanah. Ia menanaminya dengan ubi, singkong, pisang, kemukus dan lumbu. Dari pepohonan itu. Ia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, selain memelihara beberapa ekor kambing. Rumahnya sederhana. Beralas tanah. Tapi dia tidak beralasan untuk tidak bersyukur. Bahkan, beliau merasa sudah sangat berkecukupan. Sesuatu yang kini jarang dipunyai orang kebanyakan. Seperti saya juga tidak punya. 


Maka ketika ada tawaran besar. Yang disadari pasti juga membawa risiko yang tak kalah besar. Orang seperti Ibu Ngatinah, tentu tidak akan menerimanya. Toh, selama ini dia dan keluarga sudah hidup dengan tenang. Dam cukup. Untuk apa harus menjual tanah yang selama ini jadi perantara rejeki-Nya datang, hanya demi uang puluhan atau mungkin ratusan juta rupiah. Tentu itu sama sekali tidak sebanding. 


Pada hal-hal seperti ini, harus diakui bahwa kita mungkin harus meragukan pemegang kekuasaan. Bukankah sejak awal rencana penambangan Batu Andesit di Desa Wadas yang bakal jadi bahan baku pembangunan Bendungan Bener itu, sudah ditolak warga? 


Lalu kenapa dilanjutkan? 


Kalau memang tujuannya adalah kesejahteraan rakyat. Lalu mengapa fokusnya bukan di mencari solusi, untuk mengganti lokasi lain, untuk ditambang. Atau malah mencari alternatif material lain, yang tak perlu ditambang? Bukankah pemerintah punya semua resource yang dibutuhkan untuk melakukan hal-hal itu? 


Sumber daya manusia, pendanaan, dan tentu saja intervensi kebijakan. Sudah sangat cukup, jika memang intensi awalnya adalah untuk kesejahteraan rakyat. Bukan gaya-gayaan mengejar status bendungan terbesar kedua se Asia Tenggara. 


Kalau begini kan, kita jadi bertanya. Sebenarnya rakyat yang disebut sebagai pemegang kekuasaan tertinggi itu rakyat yang mana? 




Samarinda, 12 Februari 2022


Rusdi 

Monyet Asli Kalimantan