Menguji Empati dari Cara Menyikapi Baliho Saat Pandemi -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Menguji Empati dari Cara Menyikapi Baliho Saat Pandemi

Rusdi Al Irsyad
Jumat, 13 Agustus 2021

Kalimantana.id, Menurut saya, sejatinya tak ada yang salah dengan memasang baliho kampanye ketika masa pandemi.


Tak usah kaget, dan menyebut saya tak berempati. Bagaimana pun, saya masuk bagian dari rakyat, yang patut diberi empati kok. 


Lho iya. Walaupun saya bukan pedagang yang hidup dari pendapatan harian, tapi pendapatan bulanan yang saya terima juga, jauh dari kata cukup.


Ini juga bukan sedang susah-susahan. Tapi cuma mau memberitahu saja. Dari situ, saya juga kan jadi tahu seberapa tebal kadar empati anda ? Ya kan ? 


Kembali soal baliho. Mereka yang memasang senyum-senyum di pinggir jalan, niatnya juga pasti bukan untuk  mengejek anda, saya atau kita.


Mereka juga sedang cari empati. Bahkan, jumlah empati yang mereka cari jauh lebih besar dari kita. 


Lah iya. Kita kan paling mung butuh diberi support berupa bantuan kalau ada dan bisa. Kalau tidak, ya kita engga eh ini saya sih, tidak minta lebih. 


Paling-paling disenyumin di jalan saja sudah bahagia. Kalau mereka ? 

Mereka perlu empati dari buanyak orang. 


Apa buktinya. Itu, ada yang sampai cari-cari gelar akademik. Cari gelar baik, cari gelar keagamaan. Buat apa coba kalau bukan cari empati ? 


Sudah, daripada mendebat saya soal arti kata empati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atau tafsir-tafsir anda sendiri, mending fokus saja pada target-target anda sendiri.


Percaya deh, kita engga perlu perhatian banyak orang seperti mereka. Kita hanya perlu percaya pada keyakinan akan usaha yang sudah dilakukan, akan dibalas kesuksesan oleh Tuhan.


Kalau mereka minta perhatian, ya enggak apa-apa lah, kita kasih sedikit. Artinya kita lebih bahagia kan dari mereka ? 


Begitu kan ? 



Rusdi 

Samarinda, Jumat 13 Agustus 2021