Kenapa Ada Orang Labil Merasa Jadi Panutan -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Kenapa Ada Orang Labil Merasa Jadi Panutan

Rusdi Al Irsyad
Senin, 15 Juni 2020

Ilustrasi (freepik.com

Kalimantana.id
, Saya adalah orang yang tak banyak mengikuti riuh ramai dunia per-influencer-an. Tapi, gara-gara Covid-19, saya jadi sedikit banyak tahu ada orang-orang yang pendapat pribadinya, entah sebagai profesional atau cuma igauan, ternyata banyak diikuti orang-orang.

Diikuti yang saya maksud, adalah setidaknya mendapat sorotan dari mata publik. Saya bisa menjamin, orang-orang tidak benar-benar mengikuti para influencer itu.

Memang sejak pandemi, hampir semua orang seperti menjadi ahli kesehatan. Apalagi, orang-orang labil yang diberkahi Tuhan memiliki banyak pengikut di media sosial. 

Ungkapan mereka disebut penting, karena dinilai akan berdampak kepada persepsi publik. Padahal ya, rasa-rasanya orang Indonesia itu cerdas-cerdas. Mereka mungkin getol komen di medsos, menyatakan mengikuti saran, masukan, pendapat, atau anjuran dari para influencer itu. Tapi di dunia nyata, sebenarnya mereka ya punya pijakan sendiri.

Jadi, yang saya bingung adalah kenapa orang-orang labil ini bisa punya banyak pengikut. Mungkin ini juga, yang bikin mereka ngerasa penting. 

Sampai-sampai bisa saling hukum menghukum, lalu berjarak hari menjilat ludah sendiri. Duh.

Dari sekelumit hiruk pikuk perinfluenceran ini, ujung pangkalnya adalah keuntungan. Bisa dari endorsmen, iklan internet, Rupiah buzzer, yang diramu dari formula viral.
Ingat ya, saya tidak sebut satupun subjek di sini. Jadi jangan menerka-nerka. 

Sekarang, pilihan ada di tangan anda wahai warganet. Mau ikut dalam hiruk pikuk, sibuk dan ikut menyumbang pundi-pundi untuk orang-orang labil itu ? Atau acuh, dan meninggalkan kerumitan yang tidak menambah sedikitpun saldo rekening anda.

Salam