Bayi Itu, Sekarang Sudah Menikah -->

Header Menu

Iklan Mas Vaga 1

Advertisement

Bayi Itu, Sekarang Sudah Menikah

Rusdi Al Irsyad
Kamis, 04 Juni 2020

Okta kecil

Dua kali ponsel berdering tanda adanya panggilan masuk. Suaranya seperti makin dekat. Getarannya membuat  saya menyerah dan  terbangun, setengah sadar. Lelap sekali tidur (ketiduran) malam itu. Sepasang kaki saya berada di bawah meja, dengan sebuah laptop masih menyala. Ah berarti belum lama ketiduran ini. Badan serasa pegal. Pasti karena posisi tidur di sofa yang tidak tepat.

Ini adalah hari kesekian, saya tidur di rumah ipar. Kakak perempuan Mamanya Vaga. Adegan itu nyatanya tak berlangsung lama. Sekira 2 atau 5 menit kemudian, rasanya saya sudah lupa dengan apa yang berlaku. Sampai suara teriakan Vaga, diiringi sinar matahari seperti membikin saya bergegas bangun. Vaga bersama mamanya, tidur di dalam kamar. Kami mengungsi, karena Kota Samarinda terendam banjir.

Dengan malas, saya cek itu pesan yang berentet masuk di layar ponsel. Ada kontak kakak saya yang ketiga, menelpon. Ah, ini barangkali yang berdering-dering semalam. Saya putar kenop panggilan keluar, dan sedetik kemudian terhubung. Perbincangan basa-basi berlangsung sekira 1 menit. Cepat sekali, untuk saya yang sudah lebih 1 tahun tak pernah pulang.

Rupanya, kakak perempuan saya memberi kabar gembira, sekaligus mengejutkan. Okta, (saya panggil dia Pia) keponakan perempuan tertua kedua dalam keluarga saya akan dinikahi seorang pemuda. Dan, duh tanggalnya sudah ditentukan. Rapat-rapat keluarga nampaknya juga sudah bulat. "Mendingan di tunda aja,lah. Sekarang lagi kondisi serba sulit," ucap saya memotong kasar, omongan kakak yang sedang membujuk saya pulang, ke kampung halaman di Kutai Kartanegara.

Sebentar hening, rasanya kakak meneguk ludah. Menahan sesuatu. Kalau saja, saya masih seperti saya yang dulu. Pasti akan saya lakukan berbagai cara untuk memuluskan kemauan. Apalagi, saya merasa menegakkan kebenaran. Tapi, saya buang jauh-jauh pikiran itu. Siapa saya sekarang. Masa mau menghalangi kebahagiaan dua keluarga, gara-gara opini pribadi.

Buru-buru saya sampaikan bahwa saya memberi restu. "Semua terserah keluarga di sana. Aku cuma bisa doakan. Tapi, karena Covid laknat ini, maaf banget. Aku enggak bisa pulang," ucapku kemudian.

Dan hari ini, sesuai rencana. Kamis, 4 Juni 2020, selepas Salat Asar, Oktafiana, lahir bulan Oktober 1999. Resmi jadi istri orang. Pasti akan terdengar seperti drama, kalau saya bilang ini tidak mudah untuk saya. Bagaimana tidak. Rasanya masih belum percaya. Bayi itu, sekarang sudah menikah. Punya bulan lahir yang sama dengan saya. Juga jadi salah satu keponakan yang paling banyak ikut saya momong, saaat usia balita, bikin Okta dimata saya masih seperti anak-anak. Entah, apa dunia berjalan sangat cepat, atau otak saya yang ketinggalan, digilas waktu.

Entah apa saja yang terjadi di sana hari ini. Tapi dari foto dan video yang dikirimkan, saya bisa melihat kebahagiaan. Saya terlalu malu, untuk mengatakan ini secara langsung. Lewat artikel ini, saya mau meminta maaf dan mendoakan yang terbaik, untuk keponakan dan keponakan baru saya. Semoga saja, kehidupan pernikahan bisa dijalani dengan baik, dan bermuara pada kebahagiaan. Saya juga sampaikan terimakasih, kepada semua yang sudah membantu keluarga saya di sana. Tak ada yang bisa saya lakukan, selain mengirim doa.

Pia, aku gak kirim nasihat apa-apa. Karena pernikahan itu tidak template. Pasti beda, buat setiap pasangan. Jalani saja. !!!

Salam

Rusdi (Yayan), Nita, Vaga